cumi123

erek34 - Saudi Pernah Punya Raja yang Sangat Tegas Lawan Agresi Israel

2024-10-07 21:59:59

erek34,erek erek63,erek34Jakarta, CNN Indonesia--

Presiden Iran Ebrahim Raisi mengusulkan embargo minyak ke Israeldalam konferensi tingkat tinggi (KTT) luar biasa antara Liga Arab dan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (11/11).

"Tidak ada jalan lain selain melawan Israel, kami mencium tangan Hamas atas perlawanannya terhadap Israel," kata Raisi, dikutip dari Iran International.

Lihat Juga :
ANALISISKenapa Negara Arab Tolak Usul Iran Embargo Minyak ke Israel?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Arab Saudi pernah tegas melawan agresi militer Israel ke Palestina saat dipimpin oleh Faisal bin Abdulaziz Al Saud atau sering disebut Raja Faisal.

Kebijakan yang diambil Raja Faisal bahkan mampu mengguncang perekonomian dunia hingga negara Amerika dan Eropa Barat ketakutan.

Raja Faisal merupakan sosok raja Arab yang sangat mendukung kemerdekaan Palestina. Dilansir dari Arrajol News, Arab mendukung Palestina dalam berbagai aspek, baik politik, ekonomi, sosial, maupun militer.

Lihat Juga :
KILAS INTERNASIONALArab Tolak Embargo Israel sampai Netanyahu Serukan Perang Hingga Akhir

Pada pidatonya di PBB tahun 1963, Raja Faisal mengungkapkan bahwa penyebab gagalnya perdamaian Arab adalah krisis yang terjadi di Palestina. Ia menegaskan bahwa Arab terus menjadi advokat global untuk memperjuangkan Palestina dan mendesak Israel tarik mundur pasukannya.

Raja Faisal menginisiasi konferensi dengan 25 negara Muslim pada 1969 di Rabat, Maroko yang menghasilkan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk mendukung Palestina.

Lihat Juga :
Jokowi Sampaikan Pesan soal Agresi Israel, Biden Mau Fokus Kerja Sama

Bersambung ke halaman berikutnya...

Perseteruan antara Arab dan Israel mencapai puncaknya pada 1973 dengan pecahnya Perang Yom Kippur. Raja Faisal menindak tegas negara-negara yang memasok bantuan militer ke Israel.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Arab memberlakukan embargo minyak kepada Amerika Serikat, Belanda, Portugal, dan Afrika Selatan.

Lihat Juga :
Biden Sambut Hangat Jokowi di Gedung Putih, Sebut RI-AS Makin Mesra

Embargo minyak Arab adalah krisis minyak pertama, gangguan pasokan minyak yang menyebabkan melonjaknya harga, dan krisis energi di seluruh dunia.

Mantan Presiden Amerika Serikat sampai kelabakan untuk membangkitkan perekonomian yang lesu dengan mengupayakan peningkatan produksi minyak lokal.

Sekutu AS di Eropa dan Jepang berusaha menimbun pasokan minyak untuk mengamankan cadangan minyak jangka pendek bagi mereka sendiri, tapi kemungkinan jangka panjang akan tingginya harga minyak dan resesi memicu keretakan dalam Aliansi Atlantik, dilansir dariOffice of The Historian.

Pemerintah Amerika Serikat membatasi penggunaan bahan bakar untuk menekan konsumsi minyak. Pada akhirnya, pemerintah Amerika tidak mampu untuk memenuhi permintaan minyak dalam negeri dan memaksa mereka untuk melakukan negosiasi pencabutan embargo.

Presiden Nixon melakukan negosiasi dengan produsen minyak utama sambil mengatur penarikan Israel dari Sinai dan Dataran Tinggi Golan yang menghasilkan pencabutan embargo minyak pada 1974.

[Gambas:Video CNN]

Kematian tragis Raja Faisal

Pemberlakuan embargo ini membuat Amerika Serikat dan Eropa Barat mengubah pandangan mereka terkait pentingnya kekuatan Timur Tengah.

Pada 1975, Raja Faisal secara tragis dibunuh oleh keponakannya sendiri, Pangeran Faisal bin Msaad, menggunakan pistol saat acara Maulid Nabi Muhammad di Riyadh, Arab Saudi.

Dilansir dari The Guardian, Mssad mendekati Raja Faisal, mengeluarkan pistol dari balik jubahnya, dan melepaskan beberapa kali tembakan.

Pembunuhan ini digambarkan sebagai tindakan individu yang dilakukan oleh orang tidak waras.