cumi123

server togel link alternatif - 6 Update Perang Rusia

2024-10-08 02:15:41

server togel link alternatif,prediksi fulham vs west ham,server togel link alternatif

Jakarta, CNBC Indonesia- Pertempuran terus terjadi antara Rusia dan Ukraina. Kedua negara terus saling serang sehingga ujung dari peperangan antara dua negara bekas Uni Soviet ini belum begitu terlihat.

Berikut beberapa perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia, Selasa (10/9/2024):

Baca:
Media Asing Sorot "Perang" RI Lawan Eropa, Sebut Ini

1. Kemenangan Baru Putin

Rusia mengumumkan bahwa pasukannya telah menguasai sepenuhnya sebuah kota di Ukraina timur. Ini terjadi saat pasukan Presiden Vladimir Putin bergerak maju ke arah kota strategis Pokrovsk dan berupaya menembus garis pertahanan Ukraina.

Pasukan Rusia, yang telah menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina sejak invasi pada Februari 2022, terus melakukan serangan di wilayah timur Ukraina dengan tujuan merebut seluruh Donbass. Donbass sendiri memiliki luas sekitar setengah dari negara bagian Ohio di Amerika Serikat (AS).

Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa pasukannya telah merebut kota Novohrodivka, yang berjarak sekitar 12 km dari Pokrovsk. Pokrovsk merupakan pusat penting transportasi kereta api dan jalan raya bagi pasukan Ukraina di area tersebut.

Yuri Podolyaka, seorang blogger militer pro-Rusia kelahiran Ukraina yang berpengaruh, membagikan peta yang menunjukkan pasukan Rusia melancarkan serangan di dua lokasi lebih dari 7 km dari Pokrovsk.

Dalam laporan sore hari, Staf Umum Militer Ukraina menggambarkan situasi di sektor Pokrovsk begitu "tegang" dan mengatakan pertempuran sengit terjadi di sekitar beberapa kota, termasuk Novohrodivka.

"Sejauh ini, musuh telah melakukan 23 serangan terhadap posisi Ukraina," sebut laporan itu, dilansir Reuters, Senin, seraya menyebut pertempuran terjadi di enam lokasi.

2. Pasukan Ukraina Mulai Lelah

Pasukan Ukraina mulai lelah berperang. Tak sedikit dari mereka yang mengaku sudah tidak kuat melihat teman-teman seperjuangannya meninggal akibat melawan pasukan Rusia.

Tidak seperti mereka yang menjadi sukarelawan di awal perang, banyak rekrutan baru tidak punya pilihan. Mereka dipanggil setelah undang-undang mobilisasi baru Ukraina mulai berlaku pada musim semi, di mana mereka tidak dapat meninggalkan negara secara sah sampai pemerintah memberlakukan demobilisasi, kecuali mereka mendapat izin khusus untuk melakukannya.

Namun, masalah disiplin jelas sudah dimulai jauh sebelum ini. Ukraina mengalami masa yang sangat sulit selama musim dingin dan musim semi lalu. Penundaan pengiriman bantuan militer dari Amerika Serikat (AS) selama berbulan-bulan telah menyebabkan kekurangan amunisi yang parah dan penurunan moral yang besar.

Beberapa tentara mengatakan saat itu mereka sering kali berada dalam posisi yang baik, dengan pandangan yang jelas terhadap musuh yang mendekat. Sayangnya tidak ada peluru artileri bisa ditembakkan.

Beberapa berbicara tentang perasaan bersalah karena tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai bagi unit infanteri mereka. Salah satu komandan batalion pasukan Ukraina bernama Dima (bukan nama sebenarnya) adalah salah satunya.

Dima memimpin sekitar 800 orang yang bertempur dalam beberapa pertempuran paling sengit dan berdarah sepanjang perang. Terbaru di dekat Pokrovsk, kota strategis di timur yang kini di ambang jatuh ke tangan Rusia.

Setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun di garis depan Ukraina, Dima mengaku sudah muak karena sebagian besar pasukannya telah tewas atau terluka parah. Ia pun memutuskan berhenti dan mengambil pekerjaan lain di militer, yakni bekerja di sebuah kantor di Kyiv.

"Saya tidak sanggup lagi melihat anak buah saya mati," katanya, seperti dikutip CNN International.

Sementara seorang komandan unit yang saat ini tengah bertempur di Pokrovsk, yang identitasnya dirahasiakan, menyebut ada banyak pasuan yang tak kuat berperang. Mereka mencari banyak cara untuk keluar dari situasi tersebut.

"Tidak semua tentara yang dimobilisasi meninggalkan posisi mereka, tetapi sebagian besarnya. Ketika orang-orang baru datang ke sini, mereka melihat betapa sulitnya. Mereka melihat banyak pesawat tanpa awak, artileri, dan mortir musuh," katanya.

"Mereka pergi ke posisi tersebut sekali dan jika mereka selamat, mereka tidak akan pernah kembali. Mereka meninggalkan posisi mereka, menolak untuk berperang, atau mencoba mencari cara untuk meninggalkan tentara," tambahnya.

3. NATO Ngamuk

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengutuk pelanggaran wilayah udara yang dilakukan Rusia. Sebelumnya drone pasukan Presiden Vladimir Putin melintasi dan jatuh di dua negara NATO, Rumania serta Latvia, akhir pekan kemarin.

"NATO mengutuk pelanggaran wilayah udara Rusia yang terjadi semalam di wilayah udara Rumania," kata Wakil Sekretaris Jenderal NATO, Mircea Geoana, dalam sebuah unggahan di media sosial (medsos) X, dikutip Senin.

"Meskipun kami tidak memiliki informasi yang menunjukkan adanya serangan yang disengaja oleh Rusia terhadap Sekutu, tindakan ini tidak bertanggung jawab dan berpotensi berbahaya," tegasnya lagi.

Perlu diketahui pelanggaran ini terjadi saat Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina Sabtu dan Minggu. Drone melintasi wilayah Rumania Minggu sementara drone lain jatuh di Latvia Sabtu.

"Sebuah pesawat tak berawak memasuki wilayah Rumania pada Minggu pagi ketika Moskow menyerang sasaran sipil dan infrastruktur pelabuhan di seberang sungai Danube di Ukraina," kata kementerian pertahanan Rumania.

Bucharest sendiri mengerahkan pesawat tempur F-16 untuk memantau wilayah udaranya. Pemerintah pun mengeluarkan peringatan teks kepada penduduk di dua wilayah timur.

"Pesawat nirawak militer Rusia jatuh di wilayah Timur Latvia kemarin," kata Presiden Latvia Edgars Rinkevics.

"Penyelidikan masih berlangsung. Kami terus berhubungan erat dengan sekutu-sekutu kami. Jumlah insiden semacam itu terus meningkat di sepanjang sisi Timur NATO dan kita harus mengatasinya secara kolektif," tambahnya.

NATO kini memiliki 30 lebih anggota. Menurut pasal 5 NATO, serangan ke satu negara NATO saja merupakan serangan ke semua negara NATO yang memungkinkan seluruh anggota bersatu melawan agresor.

4. Trump: Putin Buat Saya Tersinggung

Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengatakan bahwa ia merasa 'sangat tersinggung' ketika Putin menyatakan dukungannya terhadap pesaingnya dalam pemilihan umum, Wakil Presiden AS Kamala Harris. Ini dikatakannya Minggu waktu setempat.

"Saya sangat tersinggung dengan itu. Saya heran mengapa ia mendukung Kamala," tuturnya.

Trump sendiri mengaku mengagumi Putin. Ia menyebut Putin sebagai orang yang cerdas, tidak seperti presiden petahana AS yang juga mantan rivalnya, Joe Biden.

Trump juga mengaku dapat menyelesaikan konflik di Ukraina dalam waktu 24 jam ika terpilih menjadi presiden. Ia mengaku akan berbicara langsung dengan Putin dan meminta presiden Rusia itu untuk menghentikan serangannya atau berhadapan dengan kekuatan besar.

5. Jerman Ingin Mengakhiri Konflik Ukraina 'Lebih Cepat'

Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menyerukan upaya baru untuk mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina. Hal ini disampaikan dalam wawancara yang disiarkan di televisi dengan lembaga penyiaran negara ZDF.

"Saya yakin bahwa sekarang adalah saatnya untuk membahas cara mencapai perdamaian dari keadaan perang ini, bahkan dengan kecepatan yang lebih cepat," katanya.

Meskipun awalnya enggan untuk memberikan bantuan militer ke Ukraina, Berlin telah menjadi salah satu pendukung utama Kyiv di tengah konflik tersebut. Jerman telah memasok militer Ukraina dengan berbagai perangkat keras, termasuk tank tempur utama Leopard 1 dan 2, serta kendaraan tempur infanteri Marder.

Komentar Scholz tentang mencapai perdamaian di Ukraina sesegera mungkin muncul saat ia terus berjuang dengan berbagai masalah dalam negeri. Menurut jajak pendapat yang diterbitkan oleh ZDF secara terpisah pada hari Minggu, sekitar 77% warga Jerman menganggap Scholz sebagai pemimpin yang lemah, sementara hanya 17% yang berbicara positif tentang kualitas kepemimpinannya.

6.Drone Shahed Iran

Sementara itu, dalam pembaruan Senin malam, angkatan bersenjata Latvia mengatakan pesawat tak berawak Rusia yang jatuh di wilayah negara Baltik itu adalah drone Shahed. Ini merupakan drone rancangan Iran yang dilengkapi dengan bahan peledak.

Riga sebelumnya mengumumkan bahwa penyelidik sedang menyelidiki sebuah pesawat tak berawak yang jatuh di bagian timur negara itu pada hari Sabtu. Latvia, yang pernah diperintah oleh Uni Soviet tetapi sekarang menjadi anggota UE dan NATO, memiliki hubungan yang tegang dengan Moskow setelah kemerdekaan.

"Hulu ledak yang meledak menempel setengah meter ke dalam tanah dan dinetralkan di tempat, menghindari ledakan," kata komandan angkatan bersenjata Latvia Jenderal Leonids Kalnins pada konferensi pers dimuat AFP.

"Hal ini memungkinkan petugas intelijen militer kami mengumpulkan semua puing-puing dan sisa-sisa drone untuk penyelidikan lebih lanjut, yang rinciannya akan dibagikan kepada semua mitra NATO kami," katanya.

"Pesawat tak berawak itu terlihat oleh pertahanan udara kami saat masih jauh di wilayah udara Belarusia, sehingga memberi kami waktu untuk bereaksi," katanya dalam pengarahan.


(sef/sef) Saksikan video di bawah ini:

Video: NATO 'Warning' Negara Anggota Tidak Tembak Jatuh Rudal Rusia

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Eks Bos NATO Sebut Rencana Putin di Ukraina Gagal, Berubah Jadi Begini