cumi123

klasemen pec zwolle - Bukan Cuma Pembangkit Baru, Ini Fokus Utama Kelistrikan RI

2024-10-07 22:16:50

klasemen pec zwolle,nomer togel 84,klasemen pec zwolle

Jakarta, CNBC Indonesia -Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan ada beberapa 'pekerjaan rumah' yang masih harus dilakukan untuk mengembangkan ketenagalistrikan di dalam negeri, terutama berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengungkapkan, di samping pembangunan pembangkit listrik tenaga EBT untuk bisa meningkatkan bauran energi baru terbarukan di dalam negeri, langkah lain yang menjadi fokus utama pemerintah salah satunya adalah dengan membangun infrastruktur berupa jaringan transmisi listrik (grid).

Pembangunan jaringan listrik, kata Eniya, menjadi tugas yang sangat penting. Hal itu lantaran lokasi sumber EBT di Indonesia sangat tersebar dan jauh dari sumber kebutuhan (demand) listrik yang utamanya terpusat di Pulau Jawa.

"Banyak lokasi (sumber EBT) yang di situ demand-nya itu kecil. Tetapi terus investasi nggak berjalan di situ. Nah, padahal di lain tempat, demand-nya besar, tetapi sumbernya (EBT) nggak ada. Di Jakarta ini, ini sumbernya nggak ada, cuma ada PLTU Batu Bara terus. Nah, kalau yang renewable mesti ditarik nih gridnya," jelas Eniya saat ditemui di sela acara 10th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2024, di JCC, Kamis (19/9/2024).

Saat ini, fokus untuk pembangunan jaringan transmisi di Indonesia masih menjadi pembahasan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Yang pasti, Eniya mengatakan bahwa pembangunan jaringan transmisi untuk mendistribusikan listrik EBT di Indonesia akan diutamakan oleh pemerintah.

"Pembangunan grid, nanti dibahas sama Pak Menteri itu, transmisi dan distribusi itu akan menjadi fokus berikutnya yang diutamakan, sangat diutamakan," tegasnya.

Alasan utama pembangunan jaringan transmisi diutamakan pemerintah karena tidak lain untuk memenuhi kebutuhan listrik bersih, khususnya di Jakarta. Eniya menilai, jika Jakarta bisa dialiri sumber listrik energi baru terbarukan, maka bisa membuat Jakarta 'go global'.

Pembangunan jaringan listrik untuk bisa mendistribusikan listrik dari energi terbarukan ini menurutnya sudah dicantumkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang akan datang.

"(Pembangunan grid) di dalam RUPTL yang baru. Itu jaringannya gitu lah ya. Karena jaringan kita juga sudah lama gitu, nah ini nanti akan diperbarui. Problem utama renewable itu sumber yang akan menggunakan tuntutan di Jakarta untuk green jauh lebih banyak. Karena kalau nggak green, nggak bisa go global lah istilahnya. Nah, itu sumber renewable-nya dari Sumatera, dari tempat lain gitu ya. Dan itu harus ditarikkan kabelnya, gitu," jelasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa jaringan transmisi listrik dengan jangkauan yang luas atau super grid merupakan kunci dari program transisi energi di Indonesia.

Dadan mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang melimpah, sehingga infrastruktur untuk bisa menyalurkan sumber EBT yang besar tersebut perlu dibangun.

"Saya ingin menunjukkan infrastruktur kita ke depan, super grid ini menjadi semakin penting supaya kita next bisa sharing dari sini, dari sumber daya dan juga sisi demand (kebutuhan) disambungkan ke seluruh pulau utama," ungkap Dadan dalam acara Rembuk Nasional Transisi Energi, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, dikutip Kamis (7/3/2024).

Dadan memaparkan bahwa sumber EBT di Indonesia sangat beragam dan terdapat di lokasi yang jauh dari sumber kebutuhan energinya. Dengan begitu, dia mengatakan bahwa sumber EBT yang tersebar itu perlu disambungkan melalui super grid yang bisa menjangkau seluruh pulau besar di Indonesia.

"Ya kalau demand-nya besar, misalkan di Pulau Sulawesi, atau di bagian barat Jawa," tambahnya.

Di lain sisi, PT PLN (Persero) pernah mengungkapkan investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 300-an triliun untuk membangun infrastruktur transmisi listrik untuk mengakomodir kebutuhan EBT di Indonesia.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan untuk bisa mencapai target transisi energi dari energi tinggi emisi menjadi energi nol emisi di dalam negeri dengan beralih menggunakan sumber EBT di dalam negeri dibutuhkan infrastruktur transmisi atau Green Enabling Transmission.

Untuk bisa membangun transmisi EBT yang dimaksud tersebut, Darmawan menyebutkan dibutuhkan pendanaan hingga US$ 25 miliar setara Rp 300-an triliun.

"Price tag-nya? Tidak terlalu mahal, hanya US$ 25 miliar saja, Rp 300 sekian triliun hanya untuk membangun transmisi," ujar Darmawan saat acara Road To PLN Investment Days 2024, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Selain itu, jarak jaringan transmisi EBT di Indonesia yang dibutuhkan mencapai 50 ribu kilometer (km) atau diklaim lebih dari jarak keliling bumi.

"Dibutuhkan adalah yang namanya green enabling transmission line.Jaraknya berapa? Hanya sekitar 50 ribu km, Bapak Ibu mau keliling bumi, dipersilakan jalan kaki nanti gak nyampe-nyampe, itu panjangnya 42,5 ribu km, ini (panjang transmisi) 50 ribu km," tambahnya.

Selain itu, Darmawan juga menegaskan bahwa untuk bisa mengembangkan EBT di Indonesia memang dibutuhkan infrastruktur berupa transmisi.

"Ada pepatah, no transition, without transmission," imbuhnya.

Baca:
Ini Dia Sumber Energi Bersih Andalan RI, Bisa Gantikan PLTU Batu Bara

(wia) Saksikan video di bawah ini:

Video: Bikin Bisnis PLTS "Ngebut", Pembiayaan & Aturan Jadi Tantangan

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Terungkap! Era SBY, Mal Pernah Diminta Penuhi Listrik Sendiri