cumi123

togel deposit 5000 - Kapan Megathrust di Indonesia 'Pecah'?

2024-10-09 22:48:42

togel deposit 5000,totokimliong,togel deposit 5000Jakarta, CNN Indonesia--

Meski datang peringatan soal potensi gempa di dua megathurst dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), para ahli mengakui belum bisa memprediksi datangnya lindu imbas keterbatasan teknologi hingga akses geografis.

Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, sebelumnya memperingatkan soal dua megathrust di Indonesia yang sudah lama tak melepaskan energinya.

Megathrust merupakan daerah pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami. Zona ini diprakirakan bisa 'pecah' secara berulang dengan jeda hingga ratusan tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar."

Hal ini ia ungkap terkait gempa dengan Magnitudo 7,1 yang memicu tsunami di Jepang yang bersumber dari Megathrust Nankai, yang adalah salah satu zona seismic gap, Jumat (8/8).

Lihat Juga :
Mungkinkah Gempa Megathrust Jepang 'Menular' ke Indonesia?

Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 menyebut segmen Megathrust Mentawai-Suberut dan Megathrust Selat Sunda itu terakhir kali gempa lebih dari ratusan tahun lalu.

Megathrust Selat Sunda, dengan panjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun, tercatat pernah 'pecah' pada 1699 dan 1780 dengan M 8,5.

Megathrust Mentawai-Siberut, yang punya panjang 200 km dan lebar 200 km, serta slip rate4 cm per tahun, pernah gempa pada 1797 dengan M 8,7 dan pada 1833 dengan M 8,9.

Pertanyaan selanjutnya, kapan gempa di dua segmen megathrust itu akan terjadi?

Lihat Juga :
BMKG Klaim Alat Deteksi China Bisa Peringatkan 10 Detik Sebelum Gempa

Cara kerja gempa

Saat menganalisis rangkaian gempa signifikan dekat Pulau Bawean, Jawa Timur, yang bersumber dari sesar yang belum terpetakan, Maret, Daryono mengaku "surprise."

"Kalau kita melihat konsep kegempaan yang saat ini memang kita belum bisa memprediksi gempa. Bahkan ilmu dan pengetahuan dan teknologi seismologi saat ini juga belum mendedikasikan untuk sebuah prediksi gempa," kata dia.

Gempa bumi terjadi ketika sebuah patahan atau retakan di kerak Bumi bergeser. Jumlah pergeseran yang lebih tinggi pada area yang lebih luas menyebabkan gempa bumi yang lebih besar.

Seluruh patahan tidak tergelincir sekaligus. Sebaliknya, gempa bumi dimulai dari satu titik, yaitu suatu lokasi yang mendapat tekanan yang lebih besar daripada kekuatannya.

Lindu kecil terjadi sepanjang waktu, tercatat lebih dari 20 ribu gempa bumi di atas M 4 terdeteksi di seluruh dunia setiap tahunnya.

Peneliti ilmu gempa dan kebumian dari Cornell University Judith Hubbard menyebut gempa bumi besar dimulai seperti gempa bumi kecil, namun dengan kekuatan yang terus bertambah dan lepas sekaligus.

"Setiap peningkatan magnitudo dikaitkan dengan pecahnya patahan sekitar lima kali lebih lama," katanya, melansir Anadolu Agency.

Ia menuturkan gempa M 5 disebabkan oleh pergeseran pada patahan sepanjang 2 kilometer; gempa M 6 disebabkan oleh patahan sepanjang 10 kilometer.

Lihat Juga :
Mengenal Ancaman Ngeri Megathrust yang Diinvestigasi BMKG dkk

Sementara, gempa M 7 dipicu patahan sepanjang 50 kilometer; gempa berkekuatan M 8 patahannya sepanjang 250 kilometer, dan gempa berkekuatan M 9 pada patahan sepanjang 1.250 kilometer.

Hubbard mengatakan kerusakan menyebar dengan kecepatan beberapa kilometer per detik. Walhasil, gempa berkekuatan 8 SR mungkin terjadi dalam 2 atau 2 menit.

Ketika gempa bumi bertambah panjang, pergeseran totalnya juga bertambah. Satu sisi patahan bergerak relatif terhadap sisi lainnya, mengubah tekanan di kerak bumi di sekitarnya, dan tekanan yang diterapkan pada patahan di dekatnya.

Sinyal gempa dan teori konspirasi di halaman berikutnya...

Para ilmuwan sudah mencari kemungkinan untuk mengetahui apakah gempa bumi kecil akan berkembang menjadi gempa bumi besar berdasarkan sinyal seismik awalnya.

Namun, sebuah studi pada 2016 berjudul 'Evidence for universal earthquake rupture initiation behavior' menyebut hal semacam itu tidak mungkin.

"Para ilmuwan telah menyelidiki apakah mungkin untuk mengetahui apakah gempa kecil akan berkembang menjadi besar berdasarkan sinyal seismik awalnya," jelas Hubbard.

Lihat Juga :
Pakar BRIN Wanti-wanti 7 Kota di Jawa Berstatus 'Merah' Risiko Gempa

"Sayangnya, jawaban dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 tersebut adalah tidak," lanjut dia.

Dengan melihat berbagai gempa bumi dari seluruh dunia, para penulis studi menyatakan sinyal seismik awal gempa bumi kecil dan besar terlihat sama.

Salah satu hal utama yang menentukan apakah retakan kecil akan membesar atau tidak adalah kondisi tekanan yang sudah ada di sepanjang patahan.

Seiring berjalannya waktu, patahan akan menjadi lebih tertekan karena pergerakan lempeng tektonik yang lambat. Tingkat stres tergantung pada sejarah pergeseran patahan.

Lihat Juga :
Sumatra Terdeteksi Simpan Kekuatan Megathrust Paling Dahsyat

Tingkat tegangan ini dapat berubah oleh gempa bumi di dekatnya, yang menyebabkan pergeseran tiba-tiba pada kerak bumi. Ketika tekanan pada sesar lebih tinggi daripada kekuatan gesekannya, sesar dapat tergelincir.

Hubbard menyatakan gempa bumi besar terjadi karena tegangan yang sudah ada sebelumnya pada area patahan besar harus mendekati kekuatan gesekan.

Sehingga, tegangan dinamis cukup untuk mendorong patahan ke tepian, mengalir secara progresif di sepanjang patahan selama puluhan atau ratusan kilometer.

"Sayangnya, tidak mungkin mengukur keadaan tegangan yang sudah ada pada suatu sesar. Sebaliknya, para ilmuwan hanya dapat memperkirakan perubahan keadaan tekanan - peningkatan tahunan gerakan tektonik, atau dampak dari satu gempa bumi terhadap patahan yang diketahui," tutur Hubbard.

"Tanpa informasi mengenai tingkat tegangan absolut dan kekuatan patahan, informasi ini tidak cukup untuk mengetahui kapan suatu patahan akan terjadi," tambahnya.

[Gambas:Photo CNN]

Ramalan palsu gempa

Terlepas penjelasan ilmuwan soal belum adanya teknologi prediksi gempa, masih banyak kaum bumi datar dan sejenisnya yang kerap mencari perhatian.

Frank Hoogerbeets, peneliti 'abal-abal' di Solar System Geometry Survey (SSGS), sempat menyebar broadcast pesan berantai di WhatsApp yang menginfokan tentang prediksi gempa di Sulawesi, Halmahera, dan Laut Banda pada 3 dan 4 Maret 2023.

Dasar prediksinya adalah aktivitas seismik di beberapa wilayah di sekitar Sulawesi, termasuk Kamchatka, Kepulauan Kuril, Jepang di bagian Utara, dan Filipina.

Berita ini memicu kehebohan karena sebelumnya Hoogerbeets 'berhasil' memprediksi terjadinya gempa bumi Turki awal Februari. Meski demikian, pada akhirnya ramalan pakar gadungan untuk gempa di Sulawesi itu tidak terbukti.

Lihat Juga :
Ahli Ungkap Keunikan HAARP, Kaitan Gempa Turki Cuma Angan-angan Kosong

Dua peneliti, yakni Marniati dari Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar; dan Imanuela Indah Pertiwi dari Stasiun Geofisika Kelas IV Kendari, menegaskan soal ketiadaan alat prediksi gempa dalam makalah 'Gempabumi Tektonik Bisa Diprediksi?'.

"Sampai saat ini, detik ini, BMKG sebagai instansi pemerintah yang memonitoring kejadian gempabumidi Indonesia selalu menginfokan kepada masyarakat bahwa gempabumi tektonik tidak dapat diprediksi waktu kejadiannya, baik hari, tanggal, jam, menit, hingga detiknya," ujar keduanya.

"Hal yang sangat perlu diketahui bahwa wilayah Indonesia tidak dapat terhindar dari kejadian-kejadian gempabumi," tandas kedua peneliti.