PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun– Pundi-pundi rupiah dari hasil panen tanaman padi petani Desa Klepu, Sooko, Ponorogo, terancam tak sesuai ekspetasi.

Para petani di desa tersebut dihantui gagal panen. Pasalnya, tanaman padi yang belum genap berusia dua bulan miliknya tumbuh tak sesuai harapan.

Batang padi mulai menguning. Maklum, sebulan belakangan ini tanaman itu tak mendapat cukup pasokan air.

Baca Juga: Terdampak Kekeringan, Puluhan Keluarga di Ngawi Manfaatkan Air Sungai Aliran Bengawan Solo

Musim kemarau kali ini, sumur-sumur petani di desa setempat mengering. Alhasil, lahan pertanian terdampak kekeringan.

Joko Susilo, petani setempat, terpaksa membiarkan tanaman padinya layu. Dia tak bisa berbuat banyak.

Hujan yang tak kunjung membasahi wilayah tersebut jadi biang utama. Kandungan air di sumur petani yang diandalkan untuk pengairan areal persawahan tak cukup.

Baca Juga: Merana, Desa Wates Jadi Langganan Kekeringan, Kades Sebut Bantuan Air Bersih Selalu Jadi Rebutan Warga

Kondisi yang nyaris terjadi sebulan belakangan itu membuat debit air sumur dan sungai turun drastis.

"Kalau harus ambil air dari sungai juga jauh, sumur sudah surut,’’ terang Joko.

Tahun ini terancam puso. Bahkan ancaman itu mengintai tiap tahunnya saat musim kemarau.

Joko dan petani lain pasrah padi mereka layu sebelum berkembang hingga gagal panen tiap tahun.

Baca Juga: Krisis Air Bersih Meluas, 561 KK Tujuh Dusun di Ponorogo Bergantung Dropping BPBD

"Biasanya sudah bisa dipanen walaupun masih muda, tapi kali ini baru mau ngeping, tapi sudah kering jadi padi kosong tidak ada isinya,’’ jelasnya.