cumi123

mytogel claim bonus - Investor Kudu Waspada! Pasar Rawan Ambruk Usai Iran Serang Israel

2024-10-08 01:46:53

mytogel claim bonus,hk jumat singo edan,mytogel claim bonus
  • Pasar keuangan penuh ketidakpastian setelah Iran menyerang Israel dengan tembakan rudal
  • Wall Street kompak turun 1% lebih setelah serangan Iran ke Israel
  • Investor global diperkirakan akan semakin gencar menaruh modalnya di pasar saham China

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan beda arah kala Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan beruntun yang diikuti oleh kinerja manufaktur yang berada di zona kontraksi. Pasar saham mampu menguat hingga 1% lebih, sedangkan nilai tukar rupiah keok dari dolar Amerika Serikat (AS).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup cerah bergairah pada akhir perdagangan Selasa (1/10/2024), membalikkan koreksinya yang sudah terjadi selama tiga hari beruntun.

Hingga akhir perdagangan, IHSG melonjak 1,52% ke posisi 7.642,13. IHSG pun berhasil kembali ke level psikologis 7.600.

Baca:
Stimulus Jumbo Bikin Saham China Terbang, Apa Saja Isinya!

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 41 triliun dengan melibatkan 25 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 310 saham terapresiasi, 258 saham terdepresiasi dan 228 saham stagnan.

Hampir seluruh sektor berbalik arah ke zona hijau pada hari ini. Hanya sektor kesehatan yang masih lesu, itu pun juga cenderung tipis yakni 0,02%.

Adapun sektor energi menjadi yang paling kencang penguatannya dan menjadi penopang terbesar IHSG hari ini yakni mencapai 2,5%.

Laju penguatan IHSG merupakan yang terbaik dibandingkan indeks negara lainnya di kawasan Asia Tenggara. Performa IHSG juga tidak kalah mentereng jika dibandingkan dengan kinerja indeks Asia-Pasifik.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal Oktober 2024. Rupiah hampir sentuh level Rp15.200/US$ an lagi.

Melansir Refinitiv,mata uang Garuda ditutup di angka Rp15.195/US$ pada perdagangan Selasa (1/10/2024), melemah 0,4% dari penutupan sebelumnya (30/09/2024).

Baca:
Cukai Rokok Batal Naik, Ini Saham Rokok yang Punya Valuasi Murah

Beda arah kedua pasar uang terjadi saat Indonesia kembali mengalami deflasi pada September lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan IHK RI secara bulanan (month-to-month/mtm) kembali mengalami deflasi sebesar 0,12%. Dengan ini, maka RI sudah mengalami deflasi bulanan selama lima bulan beruntun.

Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK RI pada bulan lalu masih mengalami inflasi sebesar 1,84%. Tetapi, inflasi tahunan RI pada bulan lalu mengalami penurunan dari sebelumnya pada Agustus lalu sebesar 2,12%.

"Indonesia deflasi 0,12% pada September 2024," Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Selasa (1/10/2024).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan IHK September 2024 diperkirakan turun atau mengalami deflasi 0,035% (mtm).

Sembilan dari 12 instansi memperkirakan secara bulanan masih akan tercatat deflasi yang tak jauh berbeda dengan periode sebelumnya yang terpantau deflasi 0,03%.

Sedangkan IHK tahunan diperkirakan melandai di bawah level 2% atau tepatnya 1,975% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi Agustus 2024 yang sebesar 2,12% (yoy).

Deflasi ini menjadi catatan terburuk bagi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, Indonesia sudah mencatat deflasi selama empat bulan beruntun yakni dari Mei hingga September 2024.

Tak hanya itu saja, sektor manufaktur Indonesia kembali lesu pada bulan lalu. S&P Global melaporkan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan lalu kembali terkontraksi ke 49,2.

Artinya, PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi selama tiga bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9) dan September (49,2). PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

PMI yang tercatat 49,2 pada September 2024 memang lebih besar dibandingkan pada Agustus. Namun, kondisi tersebut tidak melepaskan fakta jika kondisi manufaktur RI kini sangat buruk.

S&P Global menjelaskan kenaikan PMI ditopang oleh meningkatnya pesanan baru. Pesanan naik didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan.

Kendati demikian, pertumbuhan pesanan menjadi yang paling lambat selama periode enam bulan terakhir, terutama, permintaan asing. Permintaan baru untuk ekspor baru melandai selama dua bulan berturut-turut di tengah laporan upaya mengurangi stok di beberapa klien.

Pasar saham AS berakhir lebih rendah pada hari Selasa, dengan Nasdaq turun lebih dari 1%, karena investor semakin berhati-hati setelah Iran meluncurkan rudal ke Israel. Iran meluncurkan serangan rudal balistik sebagai balasan atas kampanye Israel terhadap sekutu Iran, Hezbollah.

Menanggapi hal ini, Presiden AS Joe Biden memerintahkan militer AS untuk membantu pertahanan Israel dan menembak jatuh rudal yang diarahkan ke Israel, menurut Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

Baca:
Resmi! Ini 24 Artis Dilantik Jadi Anggota DPR Hari Ini: Dhani-Uya Kuya

Dow Jones Industrial Average turun 173,18 poin, atau 0,41%, menjadi 42.156,97, S&P 500 turun 53,73 poin, atau 0,93%, menjadi 5.708,75, dan Nasdaq Composite turun 278,81 poin, atau 1,53%, menjadi 17.910,36.

Meskipun pasar secara keseluruhan turun, saham-saham perusahaan energi naik seiring dengan harga minyak AS, yang ditutup naik 2,4%. Saham Exxon Mobil naik 2,3%.

Saham perusahaan pertahanan juga naik, termasuk Northrop Grumman yang melonjak 3%, dan Lockheed Martin naik 3,6%. Indeks S&P 500 sektor kedirgantaraan dan pertahanan mencapai rekor tertinggi. Saham utilitas juga naik 0,8%.

Saham maskapai penerbangan turun, termasuk Delta Air Lines yang turun 1,6%. Investor menghindari risiko setelah berita dari Timur Tengah, meskipun indeks-indeks berakhir di atas level terendah mereka hari itu.

"Jika eskalasi terus terjadi, saya bisa melihat kelemahan pasar yang berkelanjutan karena kita belum tahu sejauh mana ini akan berkembang," kata Peter Tuz, presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia.

"Risiko telah meningkat. Pasar telah mengalami tahun yang baik dan orang-orang bisa keluar dari pasar tergantung pada apa yang terjadi dalam beberapa minggu ke depan."

Pada hari Senin, ketiga indeks utama AS mencatatkan keuntungan yang kuat untuk bulan September dan untuk kuartal tersebut. Indeks volatilitas pasar CBOE, yang dikenal sebagai "fear gauge" Wall Street, naik.

Baca:
Jangan Bingung! Ini Perbedaan Tugas, Fungsi & Wewenang DPR-MPR-DPD

Data yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan di AS naik kembali pada bulan Agustus, sementara laporan Institute for Management Supply (ISM) menunjukkan aktivitas manufaktur berada di angka 47,2 pada bulan September, sedikit di bawah perkiraan 47,5.

Investor juga berhati-hati menjelang data klaim pengangguran AS yang akan dirilis pada hari Kamis dan laporan penggajian bulanan pada hari Jumat.

Pedagang memperkirakan peluang 38% bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan November, naik dari sekitar 35% pada hari Senin tetapi turun dari 58% seminggu yang lalu, menurut CME Group's FedWatch Tool. Bank sentral AS pada 18 September memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, memulai siklus pelonggaran baru.

Investor juga memantau pemogokan di pelabuhan Pantai Timur dan Pantai Teluk, yang menghentikan sekitar setengah pengiriman laut negara itu. Pemogokan yang dimulai pada hari Selasa ini tidak diperkirakan akan menyebabkan masalah pasokan global sedalam selama pandemi COVID-19, tetapi tetap menambah ketidakpastian ekonomi yang perlu dinilai oleh pembuat kebijakan Fed.

Saham yang turun lebih banyak daripada yang naik di NYSE dengan rasio 1,32 banding 1; di Nasdaq, rasio 2,36 banding 1 lebih menguntungkan saham yang turun.

S&P 500 mencatat 51 level tertinggi baru dalam 52 minggu dan dua level terendah baru; Nasdaq Composite mencatat 75 level tertinggi baru dan 137 level terendah baru.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 13,16 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,98 miliar selama sesi penuh dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Pasar keuangan Indonesia rawan kena pukul pada perdagangan hari ini karena adanya ketidakpastian global setelah Iran kembali menyerang Israel.

Konflik bersenjata akan menimbulkan kegalauan di pasar dan para investor akan cenderung memilih aset safe haven ketimbang pasar berisiko seperti saham.

Terlebih lagi, Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga akan berlanjut sampai akhir tahun.

Akan tetapi berbeda dari ekspektasi awal, pemangkasan akan dilakukan secara bertahap dan tidak akan mencapai 50 basis points (bps) masing-masing di November dan Desember.

Balas Dendam Dimulai, Iran Luncurkan Ratusan Rudal ke Israel

Iran melancarkan serangan besar-besaran menggunakan rudal ke Israel pada Selasa (1/10/2024), hanya beberapa jam setelah pejabat Gedung Putih memperingatkan bahwa Teheran "segera" merencanakan serangan.

Beberapa rudal berhasil diintersepsi di langit Yerusalem, namun banyak di antaranya tampak terus melaju ke arah pesisir dan wilayah tengah Israel, disertai suara bom yang meledak di kejauhan. Di tepi Kota Tua, banyak warga yang berhenti dan menyaksikan rudal-rudal tersebut terbang di atas mereka dalam serangan yang tampaknya belum pernah terjadi sebelumnya.

Sekitar 10 menit kemudian, gelombang kedua rudal terpantau melintasi kota, kali ini dari arah yang berbeda. Kilatan terang dari upaya intersepsi terlihat di langit diiringi suara ledakan keras.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan dalam pidato yang disiarkan di televisi bahwa tidak ada laporan cedera di darat saat Iran menembakkan sekitar 200 roket.

Ia menambahkan bahwa tampaknya tidak ada lagi ancaman senjata masuk dari Iran "untuk saat ini" tetapi menambahkan bahwa Israel tetap siap.

Iran telah berjanji akan membalas Israel atas serangkaian serangan terhadap Iran dan milisi yang didukungnya di seluruh Timur Tengah, termasuk Hizbullah.

Harga Minyak Melejit, Harga Emas Melonjak 1%

Harga minyak naik sekitar 3% pada hari Selasa (1/10/2024) setelah Iran meluncurkan serangkaian rudal balistik ke Israel sebagai balasan atas kampanye Israel terhadap sekutu Iran, Hizbullah, di Lebanon.

Berdasarkan data Refinitiv harga minyak Brent naik US$1,86, atau 2,6%, menjadi US$73,56 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,66, atau 2,4%, menjadi US$69,83 per barel. Sebelumnya pada hari itu, kedua patokan minyak mentah sempat naik lebih dari 5%.

Harga emas melonjak lebih dari 1% pada hari yang sama karena permintaan aset safe havenmeningkat, seiring ketakutan akan perang besar-besaran di Timur Tengah semakin memuncak setelah Iran meluncurkan rudal balistik ke Israel. Harga emas di pasar spot naik 1% menjadi US2.661,63 per troy ons. 

Kenaikan harga kedua komoditas tersebut dapat mendorong harga saham di sektor tersebut pada perdagangan hari ini. Sebab pergerakan harga komoditas memiliki korelasti positif terhadap pergerakan harga saham. Jika harga komoditas naik, harga saham mengikuti.

Meskipun Sedang Libur, Pasar Saham China Diperkirakan Akan Banjir Investor

Bursa saham China tengah tutup karena libur panjang selama satu minggu untuk Hari Nasional. Pasar saham Tiongkok akan ditutup mulai Selasa (1/10/2024) hingga 7 Oktober 2024.

Investor global mulai bersiap untuk kembali ke pasar China dipicu upaya pemerintah setempat untuk memperbaiki perlambatan ekonomi dan menghidupkan kembali minat investor terhadap pasar saham dalam jangka panjang.

Langkah-langkah pemerintah China untuk menarik dana ke ekuitas dan mendorong belanja konsumen telah meningkatkan daya tarik valuasi perusahaan-perusahaan China membuat investor memalingkan fokusnya kepada pasar saham China.

"Kami akan sangat disiplin, tetapi secara keseluruhan kami merasa ada lebih banyak potensi keuntungan daripada kerugian," kata Gabriel Sacks, manajer portofolio pasar negara berkembang di Abrdn, yang mengelola aset senilai 506 miliar pound (US$677 miliar).

Sacks mengatakan bahwa kelompok tersebut membeli saham di China secara "selektif" minggu lalu dan akan menunggu rencana kebijakan yang lebih rinci dari Beijing setelah serangkaian janji dukungan ekonomi yang tidak biasa, yang telah menghasilkan reli pasar saham yang tajam dalam beberapa hari terakhir.

Pergerakan indeks saham ChinaFoto: Refinitiv
Pergerakan indeks saham China

Selain itu, Exchange-traded funds (ETF) yang berfokus pada ekuitas China mengalami aliran masuk besar dalam tiga hari terakhir, didorong oleh optimisme setelah langkah-langkah stimulus agresif yang diumumkan oleh pemerintah setempat. 

Menurut data dari LSEG Lipper, ETF ekuitas asing menerima aliran masuk sebesar US$2,4 miliar dalam tiga sesi perdagangan terakhir pada September. Sebelumnya, dana yang sama telah mengalami aliran keluar sebesar US$2,7 miliar sejak awal tahun hingga 25 September.

Selama tiga sesi perdagangan tersebut, Xtrackers Harvest CSI 300 China A-Shares ETF (ASHR.N) menarik sekitar $518,21 juta aliran masuk, sementara iShares Core CSI 300 ETF (RMB 82846.HK) dan iShares China Large-Cap ETF (FXI) mencatat pembelian bersih masing-masing sebesar US$302,3 juta dan US$295,8 juta.

Inflow Dana  ke Pasar ChinaFoto: Refinitiv
Inflow Dana ke Pasar China

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Keyakinan Bisnis Jepang Periode September 2024 (pukul 12.00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB): DGNS
  2. Cum Date ke stasiun sudah jadi sekaligus 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Next Page Rudal Iran Serang Israel, Wall Street Ambruk 1%
Pages Next