cumi123

ms303 - Jelang Jokowi Pensiun: Dana Asing Tumpah Ruah ke RI, Tembus Rekor!

2024-10-08 02:09:17

ms303,pencipta higgs domino,ms303

Jakarta, CNBC Indonesia -Arus dana asing masif masuk ke pasar keuangan domestik secara masif. Hal ini terjadi pasca bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk memangkas suku bunganya sebesar 50 basis poin (bps).

Masuknya dana asing ini menjadi catatan positif di masa-masa terakhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) serta menjelang pemerintahan baru Prabowo Subianto pada 20 Oktober mendatang.

Dengan aliran dana asing yang masif maka rupiah diharapkan semakin kuat sehingga mengurangi beban pemerintahan baru dalam menjaga stabilitas nilai tukar.

Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 17-19 September 2024, investor asing tercatat beli neto Rp25,6 triliun terdiri dari beli neto Rp19,76 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Rp4,19 triliun di pasar saham, dan beli neto sebesar Rp1,66 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 19 September 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp51,85 triliun di pasar saham, Rp21,39 triliun di pasar SBN dan Rp186,85 triliun di SRBI.

Berdasarkan pemantauan CNBC Indonesia Research, sejak awal 2023 hingga saat ini, totalnet foreign inflowsejumlah Rp25,6 triliun merupakan yang terbesar dan derasnya dana asing ke SBN juga merupakan yang terbesar dalam lebih dari 1,5 tahun terakhir.

Hal ini tak lepas dari semakin menariknya pasar keuangan domestik pasca The Fed memangkas suku bunganya dengan cukup besar yakni 50 bps didorong oleh meredanya inflasi serta angka ketenagakerjaan yang terus mendingin.

Untuk diketahui, saat ini suku bunga The Fed berada di level 4,75-5,00% , yang akan memberikan keringanan bagi masyarakat Amerika pada biaya bulanan kartu kredit, pinjaman pribadi, pembiayaan mobil, dan hipotek.

Bahkan tidak sampai disitu, anggota Fed memperkirakan suku bunga acuan median akan turun menjadi 4,4% pada akhir tahun, mencerminkan sekitar 50 bps pemotongan lebih lanjut dalam dua pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) berikutnya, menurut proyeksi ekonomi kuartalan Fed.

Hal ini semakin memperlebar spreadantara suku bunga BI dengan The Fed.

Selisih suku bunga yang sebelumnya sebesar 75 bps, tampak mengalami kenaikan menjadi 100 bps pasca The Fed pangkas 50 bps dan BI hanya menurunkan 25 bps.

Dengan semakin melebarnya selisih ini, maka investor asing akan semakin tertarik dengan pasar keuangan domestik karena dapat memberikan imbal hasil yang tinggi.

Lebih lanjut, SBN semakin diminati pelaku pasar karena tampak imbal hasil SRBI terus mengalami penurunan seiring berjalannya waktu. Terkhusus untuk tenor 12 bulan dari yang sempat menyentuh 7,54% pada Juni 2024 menjadi sekitar 7,1%.

Efek pelonggaran suku bunga BI ini juga berdampak pada semakin berkurangnya penerbitan SRBI.

CGS Internationalmencatat dalam penerbitan terbaru, nominal issueduntuk SRBI enam bulan maupun 12 bulan terpantau terus mengalami penurunan. Untuk tenor enam bulan, penerbitan SRBI tak sampai Rp1 triliun dan untuk tenor 12 bulan tak sampai Rp13 triliun.

CGSIFoto: Nominal Issued & Yield SRBI
Sumber: CGS International

Ketika jumlah penerbitan SRBI terus menurun, maka investor cenderung akan mencari instrumen investasi lainnya yang memberikan imbal hasil yang cukup tinggi, dan SBN adalah jawabannya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">