cumi123

prediksi macau - epictoto - Israel Bombardir Gaza, Benarkah Mau Bangun Tandingan Terusan Suez?

2024-10-08 04:16:45

prediksi macau - epictoto,liga francia,prediksi macau - epictotoJakarta, CNN Indonesia--

Warganet heboh Israeldan negara sekutunya, Barat, ingin membangun kanal tandingan Terusan Suez saat pasukan Zionis terus menggempur Jalur Gazasebulan terakhir.

Beberapa Netizen mengaitkan pengeboman Israel di Gaza dengan proyek Kanal baru Ben Gurion.

"Ini bukan cuma genosida. Israel dan Amerika Serikat berencana mengubah Gaza menjadi kanal Ben Gurion, saingan Terusan Suez," kata salah satu warganet di X, dulu bernama Twitter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Berapa Perbandingan Biaya Satu Rudal Iron Dome Israel vs Roket Hamas?
  • Eks PM Israel soal Agresi di Gaza: Netanyahu Stres Sadar Salah Langkah
  • Israel Berondong Konvoi Bantuan Kemanusiaan Palang Merah di Gaza

Penulis sekaligus aktivis yang fokus di isu politik global dan Timur Tengah Yvonne Ridley menilai keterkaitan perang 7 Oktober dengan proyek ini hanya kebetulan.

"Apa hubungannya dengan 7 Oktober 2023? Ya, kebetulan saja Gaza berada di tengah-tengah usulan jalur kanal besar kedua di wilayah tersebut," kata Ridley di tulisan opini yang dirilis Middle Eyes Monitor.

Proyek Ben Gurion akan menghubungkan Teluk Aqaba di Laut Merah ke Laut Mediterania.

Jalur Gaza berada di dekat Laut Mediterania. Sementara itu, jalur proyek Ben Gurion dari Laut Merah harus berbelok terlebih dahulu untuk bisa ke Mediterania.

Jalur yang berbelok itu merupakan tanah berpasir dan perlu perawatan dengan biaya tinggi jika proyek betul-betul jadi. Israel disebut-sebut akan membom Gaza untuk melancarkan rencananya.

Pakar politik Palestina Sami Al Aryan menyebut proyek Ben Gurion sama tuan dengan sejarah pendudukan Israel di negara tetangganya.

Dia juga menilai kanal Ben Gurion merupakan rencana Israel untuk meningkatkan pengaruhnya terhadap poros perdagangan-energi dunia. Ini secara langsung berdampak ke jalur transportasi energi dan perdagangan Basra-Eropa yang berpusat di Turki.

Perkembangan tersebut, kata dia, mempunyai implikasi langsung terhadap Laut Aegea dan Mediterania sehingga memerlukan kerja sama antara Mesir dan Turki.

[Gambas:Video CNN]

"Ini akan berdampak besar pada rute global dan pasti akan memainkan peran yang semakin besar dalam ketegangan regional dan memicu perang," kata Al Aryan dikutip Turkiye Newspaper.

Satu-satunya cara menghentikan proyek tersebut untuk dihidupkan kembali adalah eksistensi warga Palestina di Gaza, demikian menurut Ridley.

"Sejauh menyangkut [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu, mereka menghalangi proyek itu," ujar dia.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Sya'roni Rofii menilai fokus Israel saat ini adalah mengisolasi Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

"Sementara jika ada ide untuk membangun kanal tentu saja akan berhadapan dengan koalisi negara-negara Arab," kata Sya'roni saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (6/11) malam.

Sya'roni mengatakan jika ide itu diteruskan pasti akan ada reaksi yang lebih keras dari negara-negara Arab.

"Pada titik ini, AS tidak akan membiarkan Israel bertindak sejauh itu. AS percaya bahwa mitra strategis, negara-negara Arab, di Timur Tengah harus tetap dipelihara," lanjut dia.

Amerika Serikat merupakan sekutu dekat Israel. Mereka sering memberi bantuan secara militer dan ekonomi untuk negara Zionis itu.

Kedua negara juga memiliki hubungan yang akrab di bidang politik dan pertahanan. Selain itu, AS membantu Israel menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab, melalui Abraham Accord.

Lihat Juga :
Perawat AS Cerita Keteguhan dan Kehebatan Nakes RS Indonesia di Gaza

Sya'roni menilai hingga kini belum ada pembahasan terkait proyek kanal baru antara Barat dengan Yordania atau Mesir.

Mesir juga disebut akan gigit jari jika proyek itu dilanjutkan, demikian menurut Ridley.

"Munculnya terusan baru akan berdampak buruk pada perekonomian Mesir dan rakyatnya," kata dia.

Mesir merupakan pihak yang mengelola dan mengendalikan Terusan Suez.

Setiap tahun sekitar 18.000 kapal dan 12 persen perdagangan melintasi kanal itu. Dari hasil lalu lintas di Terusan Suez, Mesir berhasil mengantongi hingga US$9,4 miliar atau sekitar Rp146 triliun pada 2023.

Jika proyek itu jadi dibangun, pendapatan Mesir tentu akan berkurang. Ridley menduga siapa saja yang menguasai Terusan Ben Gurion akan mendapat untung besar.

Mereka, lanjut dia, bisa menguasai jalur pasokan global untuk minyak, biji-bijian, dan pelayaran.

Rebutan Terusan Suez

Sebelum dikelola sepenuhnya oleh Mesir, Terusan Suez merupakan milik Investor Prancis. Dia memegang setengah saham perusahaan kanal tersebut dan sebagian lain dipegang penguasa Mesir Sa'id Pasha.

Pada 1875, krisis moneter membuat penerus Pasha, Ismail, sepakat menjual saham negaranya ke Inggris. Nyaris satu dekade setelah itu, tepatnya pada 1956, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser mencabut konsesi tersebut.

Nasser lantas mengalihkan operasi Terusan Suez ke Otoritas perusahaan Suez milik negara. Tak lama, terjadi krisis yang dikenal sebagai perang Arab-Israel kedua.

Bersamaan dengan nasionalisasi Terusan Suez, Nasser menutup Selat Tiran bagi semua kapal Israel. Konflik tersebut menyebabkan Inggris, Prancis, dan Israel menginvasi Mesir.

[Gambas:Infografis CNN]


Berdasarkan rencana yang disepakati ketiga negara itu, Israel dijadwalkan menginvasi Semenanjung Sinai Mesir pada 29 Oktober 1956.

Aksi itu membuat Inggris-Prancis menyatakan pertempuran yang ada sebagai ancaman di Timur Tengah. Tindakan ini juga disebut-sebut sebagai cara mereka mengambil alih Terusan Suez dan menggulingkan pemerintahan Nasser.

Mesir berhasil memukul mundur Israel, tetapi mereka juga mendapat keleluasaan kapal berlalu lalang di Selat Tiran.

Setelah perang tersebut, Terusan Suez sempat ditutup dan dibuka kembali pada 1957. Sejak saat itu, kanal ini dikuasai Mesir.

Lihat Juga :
Seberapa Kuat Hamas Bertahan Melawan Gempuran Israel di Gaza?

Bendungan dan Terusan Ben-Gurion mungkin terwujud

Berbeda, pada April 2021, jurnalis Lebanon Abir Bassam menilai perundingan rencana proyek kanal Ben Gurion bisa saja dilanjutkan.

Insiden kapal Ever Given terjebak di Terusan Suez pada dua tahun lalu dan menyebabkan kemacetan beberapa hari serta kerugian miliar dolar. Peristiwa tersebut menjadi faktor pembicaraan proyek Ben Gurion.

Pembangunan proyek itu, kata dia, dijadwalkan pada Mei 2021.

"Oleh karena itu, pertimbangan serius terhadap proyek tersebut, setelah Ever-Given, terjebak memberikan gagasan bahwa kecelakaan itu [menunjukkan kanal yang]terbatas," tulis dia dalam opini yang dirilis Tehran Times.

Ia kemudian berujar, "Ini dimaksudkan sebagai jendela baru untuk kembalinya perundingan mencari alternatif selain Terusan Suez."

Bassam juga menilai perubahan lanskap politik di antara negara Arab turut berkontribusi terkait kemungkinan perundingan rencana proyek itu.

Sejumlah negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Maroko, Bahrain, dan Sudan menjalin hubungan dengan Israel melalui Abraham Accord. Sementara itu, Yordania dan Mesir lebih dulu membuka hubungan diplomatik dengan Negara Zionis itu.

Abraham Accord, di mata Bassam, merupakan gerbang bagi Israel untuk menguasai jalur air ke Mediterania.

"Itu bukanlah perjanjian damai. Sebaliknya, perjanjian tersebut sebenarnya merupakan perjanjian ekonomi," ungkap dia.

Setelah Oman menandatangani Abraham Accord, Israel akan bisa mengontrol jalur perairan dari Selat Gibraltar ke Teluk Persia, dan akhirnya mengontrol Laut Merah melalui Terusan Ben-Gurion di masa depan.