cumi123

mabarslot - Kabar Gembira! Inflasi AS Makin Mendingin, Pasar RI Siap Pesta Pora

2024-10-08 03:47:53

mabarslot,link sbobet mobile,mabarslot
  • Pasar keuangan RI kemarin bergerak beragam seiring pelaku pasar menanti rilis inflasi AS.

  • Bursa Wall Street menghijau setelah data inflasi AS melandai lebih baik dari perkiraan.

  • Pelaku pasar kini akan merespon lebih lanjut terkait data inflasi dan menanti data pasar tenaga kerja AS untuk menambah prospek pemangkasan suku bunga.

Jakarta, CNBC Indonesia -Pasar keuangan RI pada kemarin Rabu (11/9/2024) bergerak beragam. IHSG melemah tipis, tetapi rupiah masih dalam tren menguat dan obligasi tetap diburu investor.

Sentimen selengkapnya terkait proyeksi perdagangan pasar hari ini, Kamis (12/9/2024) silahkan bisa dibaca pada halaman ketiga artikel ini.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kemarin terbilang cukup datar. IHSG ditutup turun tipis 0,01% ke posisi 7.760,95. IHSG juga sempat menyentuh level psikologis 7.800 di awal sesi I perdagangan.

Sayangnya, hal tersebut tidak berlangsung lama. Meski begitu, IHSG tetap bertahan di level psikologis 7.700.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan volume transaksi mencapai 19 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 225 saham terapresiasi, 351 saham terdepresiasi, dan 220 saham stabil.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penahan koreksi IHSG pada akhir perdagangan yakni mencapai 1,66%. Sedangkan sektor konsumer non-primer menjadi penekan IHSG yakni sebesar 2,24%.

Baca:
Sempat Tembus Level 7.800, IHSG Balik Arah ke Zona Merah

Dari sisi saham, emiten energi baru terbarukan (EBT) PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi penahan koreksi IHSG masing-masing sebesar 17,9 indeks poin, 9,3 indeks poin, dan 6,4 indeks poin.

Sementara saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penekan IHSG yakni masing-masing sebesar 11 indeks poin, 8,3 indeks poin, dan 5,6 indeks poin.

Di sisi lain, pergerakan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin terpantau kembali menguat.

Melansir dari Refinitiv, nilai mata uang garuda ditutup pada posisi Rp15.395/US$, menguat 0,32% dari harga penutupan perdagangan kemarin Selasa (10/09/2024). Rupiah kini sentuh level psikologis Rp15.300an/US$ dan mencatat posisi terkuat lagi sejak awal tahun.

Penguatan nilai tukar rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh pelemahan DXY, tetapi juga didukung oleh antisipasi pasar terhadap data inflasi AS Agustus 2024 yang diperkirakan melandai ke level 2,6% year-on-year (yoy).

Untuk diketahui, data inflasi AS Juli 2024 tercatat 2,9% yoy, lebih rendah dari perkiraan dan menurun dibandingkan bulan Juni yang sebesar 3% yoy. Angka ini merupakan yang terendah sejak Maret 2021, dengan perbaikan signifikan di berbagai sektor.

Terjadi penurunan inflasi pada sektor perumahan (5,1% vs 5,2%), transportasi (8,8% vs 9,4%), dan pakaian (0,2% vs 0,8%). Harga kendaraan baru dan bekas juga mengalami penurunan, sementara inflasi makanan tetap stabil. Namun, biaya energi mengalami sedikit kenaikan.

Berdasarkan perangkat survei CME FedWatch, mayoritas pelaku pasar (71%) memperkirakan bank sentral AS (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Sementara itu, prediksi penurunan sebesar 50 basis poin sebesar 29%.

Baca:
IHSG Ditutup Turun Tipis, Masih Bertahan di Level 7.700

Semakin optimis pasar terhadap pemangkasan suku bunga yang kemudian menarik kembali aliran dana ke RI, ini juga dirasakan dampak positif-nya ke instrumen surat utang.

Melansir Refinitiv, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun koreksi 0,66% ke 6,57%. Penyusutan pada imbal hasil berbanding terbalik dengan pergerakan harga yang merangkak naik. Hal ini menunjukkan bahwa obligasi acuan RI tersebut banyak diburu investor.

Bursa saham AS atau Wall Street pada sepanjang perdagangan Rabu malam sampai Kamis dini hari (11-12 September 2024) berhasil ditutup hijau setelah data inflasi yang melandai memperkuat prospek pemangkasan suku bunga.

Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 124,75 poin, atau 0,31%, menjadi 40.861,71, S&P 500 (SPX) menguat 58,6 poin, atau 1,07% ke posisi 5.554,12. Sementara Nasdaq Composite (IXIC) bertambah 369,65 poin, atau 2,17%, menjadi 17.395,53.

Penguatan bursa saham AS ini melaju kencang menjelang penutupan setelah pada awal perdagangan sempat terkoreksi.

Ketiga indeks acuan tersebut berbalik arah menguat ditopang sektor teknologi, terutama dari saham-saham chip yang menempatkan Nasdaq memimpin penguatan.

Apresiasi terjadi setelah Departemen Tenaga Kerja semalam melaporkan kinerja Indeks Harga Konsumen (IHK) melandai lebih baik dari perkiraan yang kemudian memicu peningkatan peluang pemangkasan suku bunga bulan ini.

Baca:
Elon Musk Warning Ekonomi AS, Sebut Bakal Cepat Ambruk

Menurut laporan terbaru dari Badan Pusat Statistis AS, inflasi inti, yang dipandang lebih mencerminkan tekanan harga jangka panjang, naik 3,2% dibandingkan tahun sebelumnya, sesuai dengan perkiraan ekonom. Secara bulanan, inflasi inti meningkat 0,3%, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi ekonom sebesar 0,2%.

Sementara itu, inflasi headline atau IHK utama naik 2,5% secara tahunan, sedikit di bawah ekspektasi 2,6%, namun tetap menunjukkan pelonggaran dari level sebelumnya 2,9% di bulan Juli.

Mengutip Reuters, Chuck Carlson, kepala eksekutif di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana menyampaikan "Laporan inflasi memberikan sedikit keuntungan bagi para pelaku pasar yang khawatir inflasi dan juga memberikan keuntungan bagi para pelaku pasar yang khawatir inflasi,"

Baca:
Habis Rilis Inflasi AS, Wall Street Dibuka Beragam

Carlson menambahkan "Setidaknya pada awalnya hari ini, ada perasaan bahwa pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin tidak akan terjadi,"

"Mungkin sekarang investor mulai berpikir bahwa mungkin itu bukan hal yang buruk." pungkasnya.

Pada pandangan terakhir, pasar keuangan telah memperkirakan 85% kemungkinan bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan minggu depan, dengan peluang yang semakin mengecil sebesar 15% untuk pemangkasan dua kali lipat sebesar 50 bp, menurut FedWatch Tool milik CME.

Pergerakan pasar keuangan hari ini akan banyak dipengaruhi dari negeri Paman Sam, terutama akan merespon data inflasi yang rilis semalam, ditambah nanti malam akan ada tambahan data terkait pasar tenaga kerja.

Perlu dicatat juga, semalam Wall Street berhasil ditutup sumringah. Hal ini potensi menularkan gairah positif bagi bursa saham RI.

Baca:
Sempat Tembus Level 7.800, IHSG Balik Arah ke Zona Merah

Berikut rincian sentimen yang akan mempengaruhi gerak pasar keuangan RI hari ini :

Pada Rabu malam (11/9/2024), dari negeri Paman Sam melaporkan data inflasi konsumen (CPI) melandai lebih baik dari ekspektasi. Hal ini kemudian memicu prospek pemangkasan suku bunga the Fed makin dekat.

Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja mencatat indeks harga konsumen naik 0,2% bulan lalu setelah naik dengan tingkat yang sama pada bulan Juli. Ini sesuai dengan perkiraan pelaku pasar.

Harga pangan naik tipis 0,1% setelah naik 0,2% dalam dua bulan terakhir. Harga pangan di toko kelontong tidak berubah karena kenaikan biaya daging, ikan, telur, dan produk susu diimbangi oleh penurunan harga minuman non-alkohol, buah-buahan, dan sayur-sayuran.

Biaya produk untuk energi turun 0,8% setelah tidak berubah pada Juli. Harga bensin turun 0,6%, sementara listrik 0,7% lebih murah dan biaya gas alam turun 1,9%.

Baca:
Elon Musk Warning Ekonomi AS, Sebut Bakal Cepat Ambruk

Sementara dalam basis tahunan, data indeks konsumen hingga Agustus tercatat mengalami inflasi 2,5%. Inflasi ini menjadi yang paling lambat sejak Februari 2024 dan lebih baik dari ekspektasi yang memperkirakan tumbuh 2,6% yoy dari inflasi 2,9% pada Juli.

Sementara untuk inflasi inti tidak terduga secara bulanan naik 0,3% dibandingkan ekspektasi sebesar 0,2%, sama seperti bulan sebelumnya. Meski demikian, dalam basis tahunan, inflasi inti masih mempertahankan 3,2% sesuai proyeksi pasar.

Laju inflasi yang secara keseluruhan telah melandai ini setidaknya meredakan kondisi pasar tenaga kerja yang mengecewakan pekan lalu dan ekspektasi pasar terhadap resesi ekonomi.

Data pemerintah minggu lalu menunjukkan penggajian nonpertanian meningkat di bawah ekspektasi pada bulan Agustus tetapi tingkat pengangguran turun menjadi 4,2% dari 4,3% pada bulan Juli.

Pelaku pasar kini juga melihat bahwa pemangkasan suku bunga sudah semakin dekat, mengingat target inflasi the Fed di 2% sudah semakin mungkin tercapai.

Menurut data CME Fed Watch Tool, pasar keuangan melihat kemungkinan sekitar 15% penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan kebijakan Fed tanggal 17-18 September, turun dari 29% sebelum data CPI dipublikasikan.

Pasar lebih optimis the Fed akan melakukan pelonggaran kebijakan secara soft landing, dengan potensi penurunan suku bunga 25 bps dengan peluang mencapai 85%.

Baca:
RI Disebut Bisa Jadi "Juru Selamat" Korsel vs Korut

Beralih ke hari ini, Kamis (12/9/2024) pada nanti malam masih ada data klaim pengangguran mingguan yang dinanti pasar.

Data tersebut akan semakin melengkapi pertimbanga untuk pemangkasan suku bunga the Fed. Menurut penghimpun data Trading Economics, klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 7 September 2024 diperkirakan bertambah 230.000 dari sebelumnya yang hanya bertambah 227.000.

Masih pada waktu yang sama, AS juga akan merilis inflasi produsen (PPI) untuk periode Agustus yang diperkirakan bisa melandai dibandingkan periode sebelumnya.

Pada Juli, PPI tumbuh 2,2% secara tahunan (yoy) dan kini pasar memproyeksi inflasi produsen bisa melandai dengan pertumbuhan 1,8% yoy.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Klaim pengangguran mingguan AS

  • Inflasi produsen AS (PPI) periode Agustus 2024

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPSLB RAAM

  • RUPSLB SCNP

Berikut untuk indikator ekonomi RI :



CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut

Next Page Inflasi AS Terus Melandai, Wall Street Ditutup Sumringah!
Pages Next