cumi123

2d 64 - Exxon Dituduh 50 Tahun Bohongi Publik Soal Daur Ulang Plastik

2024-10-08 01:43:51

2d 64,angka kelelawar,2d 64

Jakarta, CNBC Indonesia- Kejaksaan California menggugat ExxonMobil dengan tuduhan bahwa perusahaan tersebut secara keliru mempromosikan daur ulang plastik selama 50 tahun. California menjadi negara bagian Amerika Serikat (AS) pertama yang berupaya meminta pertanggungjawaban perusahaan minyak besar ini atas polusi plastik.

Gugatan tersebut menuduh Exxon, salah satu produsen plastik terbesar di dunia, menipu publik selama setengah abad tentang keberlanjutan produk plastiknya, yang meliputi polimer yang ditemukan dalam kemasan plastik, peralatan makan, dan botol minuman. Gugatan tersebut meminta ganti rugi dari perusahaan minyak tersebut, atas kerugian yang ditimbulkan dari produksi plastik.

Baca:
Pasokan Terganggu Gara-Gara Badai, Harga Minyak Mulai Naik!

"Selama beberapa dekade, ExxonMobil telah menipu publik untuk meyakinkan kita bahwa daur ulang plastik dapat menyelesaikan krisis limbah plastik dan polusi, padahal mereka jelas tahu bahwa hal itu tidak mungkin," kata jaksa agung California, Rob Bonta, dikutip dari Financial Times, Selasa (29/9/2024).

"ExxonMobil berbohong untuk terus meraih keuntungan yang memecahkan rekor dengan mengorbankan planet kita dan mungkin membahayakan kesehatan kita."

Gugatan California itu didasari oleh bukti yang berasal dari tahun 1970-an, dari perusahaan dan perwakilan industrinya yang mengakui bahwa daur ulang bukanlah solusi untuk menangani semua limbah plastik. Namun begitu, Exxon terus mendanai kampanye iklan yang mempromosikan daur ulang produknya.

Jaksa California menyebut bahwa 92% sampah plastik yang diproses Exxon melalui teknologi daur ulangnya yang canggih nyatanya tidak menjadi plastik daur ulang.

Atas tuduhan ini, Exxon menampik, dan menyalahkan kegagalan California untuk membangun sistem daur ulang yang efektif atas masalah polusi plastiknya.

"Selama beberapa dekade, pejabat California telah mengetahui bahwa sistem daur ulang mereka tidak efektif," kata perusahaan.

"Mereka gagal bertindak, dan sekarang mereka berusaha menyalahkan orang lain. Alih-alih menuntut kami, mereka bisa bekerja sama dengan kami untuk memperbaiki masalah dan mencegah plastik masuk ke tempat pembuangan sampah."

Tuduhan terhadap Exxon ini awalnya muncul saat plastik memainkan peran yang semakin besar dalam mendukung permintaan minyak dan saat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersiap untuk menjadi perantara pada akhir November untuk perjanjian yang mengikat pertama di dunia terkait mengurangi polusi plastik di Korea Selatan. Ini merupakan sebuah kesepakatan yang telah disamakan dengan perjanjian iklim Paris 2015.

Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), konsumsi plastik global yang merupakan pendorong utama permintaan petrokimia, diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060 mencapai 1,3 miliar ton.

S&P Global Commodity Insights mengungkapkan Tiongkok merupakan produsen plastik terbesar tahun lalu, melampaui Amerika Utara dengan selisih tipis. Badan Energi Internasional menyebut sektor petrokimia sebagai "kontributor tunggal terbesar" terhadap pertumbuhan permintaan minyak selama empat tahun ke depan karena elektrifikasi sektor listrik dan transportasi mengekang keinginan global terhadap minyak mentah.

Laporan dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley memperkirakan industri plastik akan menghasilkan 10% emisi global pada 2025, naik dari 5% persen pada tahun 2019.

Adapun gugatan California terhadap Exxon mengikuti penyelidikan yang diluncurkannya terhadap sektor bahan bakar fosil dan petrokimia serta perannya dalam polusi plastik pada tahun 2022. Sekelompok organisasi nirlaba termasuk Sierra Club dan Surfrider Foundation mengajukan gugatan serupa pada hari Senin yang menargetkan Exxon atas klaim yang menyesatkan tentang bisnis plastiknya.

Pemerintah negara bagian dan lokal juga tengah berupaya meminta pertanggungjawaban perusahaan atas limbah plastik. Awal tahun ini, jaksa agung New York Letitia James menggugat PepsiCo, menuntut perusahaan makanan dan minuman itu mengurangi polusi plastiknya dan membayar ganti rugi.

Sementara itu, negara-negara berkembang, pemerhati lingkungan, dan bisnis telah menyerukan agar pembatasan produksi plastik dimasukkan dalam perjanjian plastik PBB terakhir pada akhir tahun, dengan alasan bahwa mengandalkan solusi pengelolaan limbah seperti daur ulang tidak memadai.

Karen McKee, kepala bisnis solusi produk Exxon, mengatakan kepada Financial Times awal tahun ini bahwa pembatasan produksi tidak akan menyelesaikan masalah polusi dan bahwa negosiator PBB perlu "berpikiran terbuka" untuk solusi dari masalah ini.

Sebagai informasi, Exxon memproduksi 11,2 juta metrik ton polietilena tahun lalu dan mengoperasikan pabrik daur ulang kimia untuk plastik di Baytown, Texas.

OECD memperkirakan sekitar 10% dari semua plastik didaur ulang, dan investasi dalam daur ulang akan mencapai US$1 triliun pada tahun 2040, hanya kurang US$20 miliar dari nilai saat ini.


(fsd/fsd) Saksikan video di bawah ini:

Video: Timur Tengah Kian Panas, Emas & Minyak Ikut Membara?

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Stok Minyak AS Menipis, Harga Minyak Mentah Menguat