cumi123

maco4d slot - Tabungan Orang Kaya Makin Tebal, Bankir Kok Malah Resah?

2024-10-08 06:10:22

maco4d slot,77play,maco4d slot

Jakarta, CNBC Indonesia- Tabungan nasabah tajir atau dengan tiering nominal lebih dari Rp 5 miliar naik signifikan dalam tiga tahun terakhir. 

Pada Juli 2016 hingga Juli 2019 tercatat segmen nasabah tersebut mengalami kenaikan sebesar 29,7% dan pada Juli 2021 hingga Juli 2024 kembali bertumbuh bahkan lebih tinggi yakni sebesar 33,9%.

Hal tersebut ternyata malah membuat sejumlah bankir resah. Pasalnya hal itu diikuti pula dengan kondisi nasabah dengan rekening kurang dari Rp 100 juta tumbuh jauh lebih lambat.

Pertumbuhan tabungan masyarakat yang kurang dari Rp100 juta dari Juli 2016 hingga Juli 2019 tercatat sebesar 26,3%. Sementara masyarakat dengan tabungan Rp100 juta hingga Rp200 juta di periode yang sama bertumbuh 29,4%.

Pertumbuhan ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kondisi Juli 2021 hingga Juli 2024 yang hanya bertambah 11,9% untuk masyarakat dengan tabungan kurang dari Rp 100 juta dan naik 13,3% untuk masyarakat dengan tabungan Rp 100 juta hingga Rp 200 juta.

Sementara itu, jutaan warga kelas menengah di Indonesia rentan 'turun kasta' ke kelas menengah rentan hingga kelompok rentan miskin. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%. Artinya ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas.

Direktur Distribution and Institutional Funding PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Jasmin mengakui bahwa pertumbuhan dana ritel kelas atas mengalami kenaikan.

"Trennya [pertumbuhan simpanan di BTN] sama ya, dengan bank lain. Yang Rp5 miliar ke atas tumbuh, yang Rp100 juta turun," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (10/9/2024).

Baca:
Rencana Akusisi dari BTN Syariah, Ini Kabar Terbaru dari OJK

Fenomena ini tidak menjadi masalah bagi likuiditas perbankan, terlebih pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan masih mencukupi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Juli 2024, DPK sebesar Rp 8.687 triliun, naik 7,72% yoy. Meskipun secara bulanan, DPK mengalami kontraksi sebesar 0,4%.

Akan tetapi, Jasmin menyebut jika tren kelas menengah turun kelas berlanjut dan mempengaruhi kemampuan mereka menabung, bakal berpengaruh terhadap kualitas kredit mereka.

Senada, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Royke Tumilaar mengakui fenomena tersebut sangat berpengaruh terhadap kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dari kredit segmen usaha kecil menengah (UKM).

Kendati demikian, jumlah pertumbuhan tabungan di BNI secara keseluruhan tetap terjaga karena lagi-lagi, ditopang tabungan nasabah kaya yang meningkat.

"Tabungan dan kredit konsumtif tidak terlalu [terdampak fenomena kelas menengah dan daya beli menurun] karena segmen menengah atas masih OK," pungkas Royke.

Baca:
OJK Buka Peluang 'Kawin Paksa' Bank MNC NOBU, Ini Deadlinenya

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa kondisi tersebut merupakan fenomena itu merujuk pada pemulihan berbentuk 'K' atau K Shaped recovery. Artinya, ada industri yang cepat pulih dan diuntungkan dan ada pula yang malah tertatih-tatih dan dirugikan.

Secara visual, bentuk pemulihan tersebut tampak bercabang dan menyerupai dua lengan huruf 'K', di mana ada sekelompok industri yang mengarah ke arah atas atau positif dan sisanya menjadi lengan bawah huruf 'K' alias ke teritori negatif.

Dengan kata lain, kelas menengah dan industri tertentu memang mengalami keuntungan sementara kelas bawah dan industri tertentu terpuruk. "Ini yang disebut K shaped," katanya.


(mkh/mkh) Saksikan video di bawah ini:

Video: DPK Bank Syariah Tumbuh Lebih Kencang Dibanding Konvensional

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Tak Diduga, Negara Ini Krisis tapi Tetap Banjir Orang Terkaya Dunia